Tidak asing lagi mendengar kata warung di telinga kita, mungkin dari sebagian orang berpendapat warung adalah tempat orang nongkrong, tempat orang kelas bawah, dan tempat orang nakal, itu adalah presepsi orang yang tidak tahu apa itu warung sebenarnya. Mungkin di kota besar seperti Surabaya, Jakarta orang bisa berpendapat seperti itu. Namun berbeda dengan di kota Gresik warung itu hal yang biasa bukan tempat yang di presepsikan seperti yang sudah saya jelaskan di awal. Tetapi sebagian ada juga warung yang di salahgunakan sebagai tempat untuk melakukan hal-hal yang dilarang, namun itu hanya sebagian kecil sehingga apabila masyarakat mendengar kata warung pasti akan berpendapat negatif, padahal sisi positif dari warung itu begitu besar.
Tujuan saya mengambil topik ini adalah untuk mengetahui kebenaran dari pendapat-pendapat orang yang relatif. Karena kebanyakan orang berpresepsi negatif bahwa warung itu tempat yang tidak layak untuk dikunjungi, meskipun hanya untuk menyeguk segelas kopi hangat. Padahal menurut saya tidak setuju dari presepsi orang-orang sepeerti itu. Maka dari itu saya memilih topik ini karena ingin mengetahui dengan sendirinya sebenarnya warung itu seperti apa.
Dan saya telah mengobservasi warung yang berada di samping alun-alun Gresik. Setelah saya cermati pemandangan warung yang berjejer itu cukup unik karena banyaknya kerumunan para lelaki mulai dari yang muda sampai dengan yang tua. Di depan warung ini berjajar motor dari segala merk yang di parkir dipinggir jalan, bahkan hampir mirip seperti ada kondangan. Pemandangan seperti itu adalah pemendangan rutin mulai dari pagi sampai malam.
Bukan untuk suatu maksud atau acara apapun, tapi mereka hanya sekedar nongkrong di warung kopi. Istilah kerennya stress release atau yang lebih familiar di telinga orang jawa adalah "cangkrukan". Namun pengunjung warung itu seperti ada versi-versi. Mulai dari versi pagi, siang, sore hingga malam. Tapi versi itu hanya menunjukkan siapa banyak pengunjung yang mendatangi warung itu. Mulai dari versi pagi pengunjungnya adalah para lelaki pekerja yang sebelum berangkat kerja meluangkan waktunya untuk nongkrong di warung dan para lelaki yang sudah menjelang tua lebih jelasnya adalah kakek-kakek. Mereka berkunjung ke warung itu hanya sekedar makan-makanan ringan seperti gorengan dan yang paling penting atau khasnya warung adalah minum kopi. Di selang waktu itu para pengunjung itu saling berbincang-bincang tentang pekerjaannya ataupun yang lainnya dan bisa juga di sebut curhat pagi.
Gambar ini adalah suasana warung saat pagi hari.
Itu versi pagi dan biasanya untuk versi siang adalah pengunjung yang menjadikan warung kopi menjadi tempat peristirahatan bagi tukang becak, dan juga pekerja yang lagi beristirahat siang setelah mereka makan siang pasti mendatangi warung itu untuk merokok tepatnya, Karena warung juga bisa di sebut dengan kawasan rokok. Dari versi siang lanjut dengan versi sore, di sore hari pengunjung warung itu bertambah banyak dan pengunjungnya mulai berbagai kalangan mulai dari remaja hingga dewasa.
Banyak juga para pelajar yang berkunjung di warung itu sepulang sekolah dan mereka masih berseragam sekolah, tapi hal itu memang sudah terbiasa di mata orang sekitarnya apabila pelajar yang nongkrong di warung dengan berpakaian seragam sekolah. Dan kebanyakan adalah pelajar SMA. Padahal masih sering juga ada pasukan satuan polisi pramongpraja yang mempratoli para pelajar yang masih memakai seragam sekolah. Teteapi hal itu tidak begitu sulit untuk para pelajar karena penjaga warung melindungi pelanggannya apabila akan ada patroli di warung-warung. Cara para penjaga warung itu seperti di suruh untuk masuk ke rumah si penjaga warung, karena warungnya itu bertepatan dekat dengan rumah penjaga warung.
Usaha itu memang tidak merugikan karena kebanyakan pengunjungnya adalah para anak remaja pelajar. Karena sebenarnya semasa remaja terutama anak SMA adalah masa-masa untuk berkumpul dengan teman-teman sebaya mereka dan salah satu jalan bagi siswa SMA adalah berkumpul dengan teman-temannya di sebuah warung itu. Karena bagi mereka warung kopi itu lebih murah dan irit daripada di tempat-tempat café yang harga-harga kopinya mahal. Apalagi di Gresik itu sudah begitu khasnya mengenai warung-warung kopi yang ada di pinggir jalan. Justru kalau tidak ada warung kopi berarti itu bukan kota Gresik.
Tetapi sebenarnya para pelajar SMA nongkrong di warung itu dengan berpakaian seragam tidak berlama-lama hanya setengah sampai satu jam saja mereka mengunjungi warung itu. Karena biasanya mereka melanjutkan untuk datang ke warung pada malam hari seusai mereka belajar atau les di lembaga-lembaga yang mereka ikuti.
Setelah sore hari berlalu sekarang versi malam, di versi malam ini benar-benar terlihat apa itu warung sebenarnya. Karena pengunjung warung itu begitu banyak dan pengunjungnya para lelaki dari berbagai kalangan mulai dari remaja, dewasa, bapak-bapak, hingga kakek-kakek. Memang di Gresik ini kebanyakan warungnya di kunjungi oleh para lelaki, dan menurut masyarakat Gresik tidak baik untuk para kaum hawa nongkrong-nongkrong di pinggir jalan. Karena kebanyakan warung di Gresik itu berda di pinggir-pinggir jalan.
Dengan begitu banyaknya pengunjung warung itu, sehingga tidak terlihat warungnya dan hanya terlihat kerumunan banyak orang. Padahal warung itu tidak begitu besar jadi sebenanya tidak bisa menampung banyak pengunjung, tetapi para pengunjung rela untuk menongkrong di luar warung, mereka duduk di kursi kayu di pinggir jalan. Tapi kebanyakan yang berada di pinggir jalan itu para remaja karena mereka lebih suka melihat kendaraan yang berlalu lalang di depan warung itu. Kata mereka melihat pemandangan di pinggir jalan itu pemandangan yang indah di malam hari apalagi warung yang di tempati berada di depan alun-alun Gresik sehingga lebih nyaman untuk di pandang. Pengunjung dari berbagai jenis umur ini yang mulai dari para remaja hingga kakek-kakek, mereka berkunjung di warung ini asyik berbincang-bincang dan bermain remi atau domino sambil bercanda gurau.
Gambar diatas ini adalah gambar pengunjung warung pada malam hari.
Kegiatan di warung ini memang sudah menjadi aktivitas yang terbiasa di Gresik bagi para lelaki. Sebenarnya dengan adanya warung ini juga bisa menumbuhkan tali sillaturrahim, karena pengunjung warung ini tidak memandang dari kalangan orang-orang yang menengah ke atas ataupun yang menengah kebawah. Jadi saling baur membaur tanpa ada suatu perbedaan. Di warung ini juga terjadi sebuah transaksi jual beli seperti alat elektronik atau yang lainnya. Tetapi tidak ada transaksi barang-barang terlarang. Sebagian pengunjung yang mencari kesempatan warung dijadikan tempat untuk jual beli, karena menganggap warung di Gresik ini banyak pengunjungnya.
Di warung tempat saya observasi ini, kegiatan para pengunjungnya tidak memperlihatkan sisi negative nya, karena di warung ini tidak terjadi perjudian, jual beli barang-barang terlarang, ataupun minum-minuman keras. Kegiatan yang mereka lakukan hanya berbincang-bincang seperti curhat apa yang sedang mereka rasakan, karena di warung juga di jadikan tempat untuk refreshing dari segala masalah. Selain mereka berbincang-bincang yang paling sering dia lakukan adalah minum kopi dan merokok. Karena warung adalah tempat kawasan rokok. Kebanyakan masyarakat Gresik merokok itu hanya di tempat-tempat seperti warung.
Di warung mereka bisa temukan para bapak-bapak berdiskusi, para remaja bermain kartu, di warung itu mereka bisa menjadikan wadah untuk mengungkapkan perasaan kita, seperti yang sudah saya jelaskan di atas tadi. Selain dari itu mereka juga bisa mendapat inspirasi dari warung itu sambil menyeduh segelas kopi hangat.
Dan yang menarik di warung, mereka juga menemukan pelajaran sosial yang begitu banyak, apa lagi di warung adalah tempat dimana kita tidak memandang kasta, dan semua berkumpul di dalam warung. Dan warung ini menampilkan ciri khas mereka dalam upaya selalu menjaring dan mempertahankan komunitasnya yang sudah terbentuk di warung itu seperti nama warung yang saya observasi ini adalah “warung alun-alun” karena kebanyakan pengunjung warung itu masyarakat yang rumahnya dekat dengan alun-alun dan mereka menamai anak alun-alun sehingga warung itu di beri nama warung arek alun-alun. Tentu saja semuanya itu semakin menambah ragam pesona dari keberadaan warung cangkrukan di kota Gresik.
Sebenarnya dari bermacam-macam warung yang ada di Gresik itu keunikannya adalah membuat komunitas, tetapi membuat komunitas itu melatih kebersamaan saja bukan untuk tawuran atau kuat-kuatan kekuasaan antar komunitas. Warung yang saya observasi ini, membuat komunitas arek alun-alun sampai para ramajanya membuat kaos untuk komunitas arek alun-alun.
Saat saya menanyakan di salah satu pengunjung warung itu, ternyata ada kata-kata yang tidak enak di dengar. Ternyata di daerah Gresik ini ada warung yang biasanya untuk tempat mabuk dan warungnya juga menjual minum-minuman keras. Tetapi kata narasumber saya, si remaja pengunjung warung itu bahwa yang telah dia ketahui di daerah Gresik ini terdapat sekitar kurang lebih 200 warung, mungkin hanya 5 warung saja yang menjual minum-minuman keras. Dan dijadikan tempat untuk mabuk-mabuk, tetapi kebanyakan yang mabuk-mabuk itu adalah para remaja.
Narasumber saya mengatakan bahwa dia merasa heran karena di kota Gresik yang biasa di sebut dengan “kota santri” ini masih ada tempat yang seperti itu. Meskipun warung yang disalahgunakan sebagai tempat mabuk itu hanya sebagian kecil di Gresik.
Jadi, menurut saya kurang setuju kepada masyarakat yang berpendapat negative terhadap warung. Karena sebenarnya setelah saya mengobservasi warung yang berada di kota Gresik ternyata hanya digunakan sebagai tempat tongkrongan yang hanya bertimbul positif saja, mulai dari hanya minum kopi, merokok, berbincang-bincang serta bercanda gurau. Namun hanya orang-orang yang menyalahgunakan warung itu untuk di jadikan tempat mabuk-mabukan. Sehingga presepsi negative tentang warung masih ada, karena mereka hanya melihat secara lingkup kecil saja. Padahal lingkup besar tentang warung itu adalah bukanlah tempat yang dijadikan untuk melakukan hal-hal maksiat. Melainkan hal-hal positif yang masih banyak dilakukan seperti yang telah saya ulas di atas.
0 komentar:
Posting Komentar